Hampir setiap musim panas seperti sekarang Hollywood merilis film superhero. Tahun ini sudah rilis Kick-Ass dan Iron Man 2. Yang menunggu giliran rilis ada Jonah Hex dan The Green Hornet. Jadi, kini saatnya merilis daftar asyik ini.
10. Darkman (1990)
TIDAK banyak yang tahu film ini saat diputar dulu. Filmnya malah masuk kategori film kelas B. Tapi, begitu sutradaranya, Sam Raimi sukses besar menggarap Spider-man, banyak orang menengok kembali karya lawasnya ini, untuk melihat darimana Raimi memperoleh kepandaiannya. Di sini, Raimi mengisahkan seorang ilmuwan (Liam Neeson) yang dikira tewas di lab-nya lalu menuntut balas pada kelompok penjahat yang membuatnya cacat seumur hidup. Memang agak norak bila kita menontonnya sekarang. Tapi bukan itu yang penting. Gaya penyutradaraan Raimi tetap membuat film norak ini enak dilihat sampai akhir.
9. Batman (1989)
SAAT mendengar Batman akan diangkat ke layar lebar oleh sutradara nyentrik Tim Burton, banyak yang senang kalau akhirnya manusia kelelawar mendapat tempat terhormaat seperti halnya Superman yang lebih dulu dibuat versi layar lebarnya. Orang juga bisa melupakan kenangan mereka akan Batman versi Adam West dari serianya di tahun 1960-an yang komikal, colourful, dan kekanak-kanakkan. Setelah tahu kalau aktor watak Jack Nicholson berperan sebagai Joker, orang makin yakin filmnya akan lain dan lebih serius. Pilihan Burton atas Michael Keaton memang dipertanyakan. Tapi filmnya tetap mencuri perhatian. Terutama atas gaya artistik gothic dan Batman yang serba hitam-hitam bukan ungu seperti seri TV-nya dulu. Inilah film superhero yang kelam dan tak lagi sekadar film untuk anak-anak.
8. Superman (1978)
GENE Hackman sebagai Lex Luthor dan Marlon Brando sebagai Jor-El, ayah Superman, adalah penguasa lanskap Hollywood di tahun ’70-an. Karenanya, dua orang ini pantas dibayar lebih mahal dari pemeran Superman-nya sendiri. Namun, kita kemudian tahu, aktor muda Christopher Reeves-lah yang berhasil mencuri perhatian penonton sebagai Superman maupun alter egonya, Clark Kent. Hingga Reeves wafat kini, kita terus mengenangnya sebagai Superman, the man of steel.
7. X2: X-Men United (2005)
SUTRADARA Bryan Singer mengerti betul inti kisah X-Men adalah bagaimana para mutan yang memiliki kekuatan super hidup berdampingan dengan manusia biasa. Namun, ia tak ingin porsi serius ini menyita perhatian seluruh film. Makanya, setiap aksi para mutan dapat porsi besar juga agar filnya tetap jadi pameran efek khusus memukau. X-Men pertama memenuhi setiap harapan orang atas filmnya. Karena itu, Singer diberi kepercayaan lebih untuk film keduanya. Dan untungnya, ia tak mengecewakan. Sekuelnya, X2: X-Men United adalah versi lebih bagus, lebih epik, dan lebih dramatis dari pendahulunya. Di sini, untuk pertama kalinya, para X-Men pimpinan Xavier harus bersekutu dengan Magneto untuk melawan niat jahat militer yang ingin memanfaatkan kaum mutan.
6. Watchmen (2009)
KOMIKNYA dianggap pembaharu dalam sejarah komik. Komiknya dianggap sebagai salah satu tonggak novel grafis yang membuat komik tak lagi pantas disebut “bacaan anak-anak” melainkan sebuah karya sastra serius. Pengarangnya sendiri, Alan Moore, sudah mewanti-wanti komiknya “tak bisa difilmkan.” Maka, versi filmnya tak mendapat restu darinya (Moore sampai ogah namanya dicantumkan pada credit title). Sutradara Zack Snyder (300) berusaha sepenuh hati setia pada komiknya. Alhasil, filmnya boleh dibilang mirip panel komik yang bergerak—meski Snyder mengubah akhir filmnya. Memang, sungguh susah meringkas cerita sebanyak 12 seri ke dalam film dua jam (setidaknya harus 2 film). Namun, Snyder tetap berhasil mengangkat visualisasi ciamik cerita sejarah alternatif tahun 1980-an ini saat Nixon masih berkuasa dan Amerika nyaris perang nuklir dengan Uni Soviet. O ya, siapa yang tak terpukau dengan opening title sejarah dunia versi Watchmen sambil diiringi lagu Bob Dylan. Itulah salah satu opening title terbaik yang pernah ada.
5. Hellboy (2004)
HELL Boy sejak awal punya muatan cerita dewasa. Komikus Mike Mignola dibolehkan mengapakan saja karakternya oleh penerbitnya, Dark Horse. Jadi, Hell Boy sejak semula adalah komik superhero nyeleneh. Karakter ini lahir dari sebuah peristiwa saat pintu neraka dibuka. Artinya, Hell Boy (Ron Pearlman) adalah bocah neraka alias iblis. Sutradara Guillermo DelToro berhasil menyajikan sisi humanis dari “iblis baik hati” berikut konfluk batinnya, terutama saat ia ditawari jadi raja di raja oleh musuh-musuhnya. Pergulatan identitas antara jagoan super dan iblis mendapat porsi besar di sini.
4. Spider-man I & II (2002, 2004)
SPIDER-MAN pertama yang rilis di musim panas 2002 disebut-sebut sebagai film box office pertama selepas tragedi 11 September beberapa bulan sebelumnya. Film ini jadi penanda kalau kehidupan orang Amerika mulai normal lagi. It’s ok to laugh or to go to the movies. Spider-man memecahkan rekor sebagai film pertama yang meraih $100 juta di pekan pertama. Film kedua ternyata hadir lebih bagus dari yang pertama—dan ini di luar dugaan. Sam Raimi, sutradaranya, berhasil memberi beban konflik yang lebih tajam. Spider-man ternyata tetaplah manusia, yang selain harus memberantas kejahatan, tetaplah punya masalah dengan pacar, kuliahnya, maupun sahabatnya sendiri yang juga menaruh hati pada kekasihnya dan begitu mendendam pada Spider-man atas kematian ayahnya. Apa jadinya bila sang sahabat tahu kalau Peter-lah sang Spider-man? Lalu, mengkasting Alfred Molina sebagai Dr.Octovus? Itu seperti mengajak Jack Nicholson main film Batman. Film superhero naik kelas lagi jadi film dewasa.
3. The Incredibles (2006)
PIXAR membuat film superhero? Pastilah akan istimewa. Studio animasi ini terbukti tak pernah gagal membuai dua kubu: penonton kebanyakan (dilihat dari raihan dolar-nya) dan kritikus film (ulasan yang bagus dan langganan meraih gelar film animasi terbaik di ajang Oscar). Begitupun yang ini. Pixar membuat kisah superhero dalam bingkai kisah keluarga. Ada suami yang merasa hidupnya tak berarti bila ia tak jadi superhero. Ada istri yang ingin hidupnya tenang. Serta ada anak-anak yang harus menyembunyikan kekuatan mereka dan jadi murid minder di sekolah. Lalu, ada si jahat yang begitu benci superhero karena ia tak bisa jadi superhero. Jenius. Super jenius.
2. Iron Man (2008)
SUSAH membayangkan sosok Tony Stark bukan dibintangi aktor jempolan Robert Downey Jr.. Inilah film superhero yang justru dikenang, terutama, bukan saat jagoannya beralih rupa memakai topeng dan bersembunyi di balik kostumnya. Perhatikan, ada berapa momen Downey memakai kostum Iron Man dibanding saat berakting sebagai Tony Stark, jutawan senjata flamboyan yang sadar kalau senjata yang dijualnya dipakai pihak musuh. Kita mencintai film ini karena akting yang demikian sempurna dari Robert. Dialah Tony Stark, tidak bisa tidak.
1. The Dark Knight (2008)
TERUS terang akan ganjil bila tak menyebut film ini bukan film superhero nomor wahid. Inilah film superhero yang dikatakan pantas masuk nominasi Oscar sebagai film terbaik. Bahkan, Superman, Spider-man, atau Iron Man pun tak punya kehormatan untuk disebut sebagai film kelas Oscar. Semuanya berpulang pada dua hal, penggarapan dan naskah yang dimiliki Christopher Nolan dan akting memukau mendiang Heath Ledger sebagai Joker versi 2000-an. Film ini punya muatan serius soal anarkisme dan nihilisme. Premisnya, bagaimana bila kehadiran Batman (diperankan Christian Bale) menggulung penjahat malah membuat penjahat frustasi, menyewa penjahat lain yang tak lagi takut ditangkap polisi, atau bahkan mati? Yang ia inginkan bukan kaya lewat cara haram, tapi hanya kekacauan . Chaos. Lain tidak. Penjahat itu adalah Joker, musuh bebuyutan sang manusia kelelawar. Jika Batman hadir membela keadilan, maka Joker hadir untuk memporak-porandakannnya. Dengan mengejek, sambil mengutip salah satu kallimat paling romantis dari Hollywood, dari film Jerry Maguire, “You complete me,” kata Joker.
(http://www.tabloidbintang.com/extra/top-list/3352-10-film-superhero-terbaik.)
No comments:
Post a Comment